Berapa harga satu ilmu
Ketika dulu saya belajar intens kepada mentor-mentor saya, tidak pernah sekalipun saya mengatakan “Pak, boleh saya minta buku Bapak? Gratis? Boleh saya minta tiket seminar Bapak? Gratis?” Tidak pernah sekalipun saya begitu.
Kenapa? Pertama, saya menghormati diri saya sendiri. Saya entrepreneur. Katakanlah, saya tidak mampu. Tetap saja, saya tidak mau minta-minta. Karena itu sama saja saya merendahkan diri layaknya pengemis. Kedua, saya menghormati dia dan ilmunya. Segala sesuatu itu ada harganya. Coba hitung, berapa waktu dan sumber-sumber yang telah ia habiskan untuk menghadirkan buku dan seminar itu.
Ketiga, saya tahu persis buku itu bukan miliknya. Buku itu adalah milik penerbit dan toko buku sepenuhnya, di mana penulis hanya dapat royalti biasanya maksimal 10%. Itu pun dipotong pajak. Bahkan, kalau penulis ingin mendapatkan buku-bukunya, ia pun harus membeli dari penerbit dan toko buku. Mana ada gratisan! Begitu pula seminar, yang hampir sepenuhnya adalah hak EO.
Makanya setiap kali ada yang minta-minta, dalam hati saya langsung bergumam, “Memangnya Anda siapa? Saudara bukan, sepupu pun bukan! Mending ngasih pengemis beneran! Jelas!” Hehehe!
Kebetulan, training saya telah diikuti puluhan ribu orang se-Indonesia dan Singapura. Buku saya pun telah terjual ratusan ribu eksemplar. Dari sini saya menemukan sebuah pola. Mereka yang membayar, memperoleh dampak positif yang jauh lebih besar, ketimbang mereka yang tidak membayar. Kenapa? Karena mereka yang membayar itu menghormati diri, menghormati ilmu, dan menghormati mentor. Tidak percaya? Silakan tanya mentor atau trainer manapun.
Kalau suatu saat kita DIBERI alias digratisin, yah tidak masalah. (Saya pun pernah diberi tiket seminar oleh Pak Hermawan Kartajaya dan buku oleh Pak Andrie Wongso.) Namun pastikan kita tidak berperangai layaknya pengemis, suka minta-minta. Lazimnya, mereka yang suka minta-minta malah tidak mendapatkan apapun, kecuali mendapatkan pandangan remeh oleh orang lain.
So, mari kita hormati diri kita masing-masing. Sip?
0 comments:
Posting Komentar